Monday, October 20, 2025

Menentukan Variabel Pencahayaan dalam Fotografi

Menentukan Variabel Pencahayaan dalam Fotografi

Memotret itu simpel, punya kamera. Bisa setting kamera. Bisa jepret. Bisa komposisi, selesai sudah.

Tapi untuk menggunakan DSLR kamu harus paham variabel pencahayaan. Yaitu. Segitiga Eksposure.

Tiga variabel utama yang saling berkaitan disebut “Segitiga Eksposur (Exposure Triangle)”, yaitu ISO, Shutter Speed, dan Aperture (bukaan lensa). Ketiganya bekerja bersama untuk mengontrol seberapa banyak cahaya yang diterima sensor kamera, sekaligus memengaruhi karakter visual foto yang dihasilkan.

ISO

Secara arti, ISO atau ASA (dalam fotografi film) adalah kemampuan atau tingkat sensitifitas sensor pada kamera terhadap cahaya. Maka semakin tinggi ISO cahaya akan semakin banyak masuk.

Simpelnya, ISO seperti gayung. Semakin besar gayung yang digunakan, maka air yang masuk akan semakin banyak.

Untuk pemula, pengaturan ISO terkadang membingungkan. Berikut beberapa tips atau ukuran ISO yang saya gunakan saat saya mengambil gambar yang bisa juga kamu gunakan.

ISO 100 biasanya saya gunakan saat matahari bersinar cerah dan terang. Seperti siang hari dan outdoor. Ataupun pada sore hari saat matahari berlinang cahaya.

ISO 200 biasanya saya gunakan saat matahari agak meredup ataupun sudah terlalu sore. Saat mau hujan dan matahari tertutup awan juga, biasanya ISO 200 bermain.

ISO 400 sering saya gunakan saat siang hari di dalam ruangan. Apabila saya menggunakannya di luar ruangan, kemungkinan cahaya sudah sangat gelap. Matahari sudah lumayan tenggelam.

ISO 800 digunakan dalam ruangan yang hanya menggunakan bantuan lampu. Namun apabila anda menggunakan flash, anda bisa menurunkan ISO anda.

ISO 1600 dan seterusnya. Digunakan saat kondisi sangat minim cahaya dan tidak ada bantuan cahaya tambahan.

Kamu harus sering melakukan trial dan error saat mengambil foto. Lihat keadaan cahaya sekitar dan perkirakan ISO berapa yang ideal untuk kondisi pencahayaan seperti itu. Jadi selain ISO, diri kita sendiri pun harus sensitif dengan kondisi cahaya di sekitar.

Shutter Speed

Secara arti, shutter speed berarti "waktu" dimana sensor kita ‘melihat’ subyek yang akan kita foto.  Maka semakin lama shutter speed yang kita tentukan, cahaya akan semakin banyak masuk.

Untuk pemula, pengaturan Shutter Speed terkadang membingungkan. Berikut beberapa tips atau ukuran Shutter Speed yang saya gunakan saat saya mengambil gambar.

15” , 10”, 5”

Settingan ini disebut Slow speed, karena shutter akan terbuka selama waktu yang mencapai hitungan detik. Hal ini membuat sensor banyak sekali mendapatkan cahaya.

1/15, 1/30

Settingan shutter speed seperti ini biasanya digunakan di daerah yang minim cahaya. Sehingga diperlukan waktu yang cukup lama untuk menutup shutter agar cahaya banyak masuk. Namun menggunakan Shutter Speed seperti ini sangat rawan shaking atau goyang dikarenakan waktu yang cukup lama. Kecuali mempunyai lensa yang memiliki VR.

1/50 sd 1/500

Settingan seperti ini biasanya yang saya gunakan secara casual atau sehari – hari. Baik itu untuk modelan, liputan, wedding ataupun prawedding. Karena shutter speed di daerah ini lumayan aman dan tidak rawan shaking.

1/500 ke atas

Shutter speed seperti ini biasa saya gunakan untuk memfreeze ataupun membuat siluet. Ataupun apabila cahaya di lokasi sangat terang benderang.

Seringlah lakukan trial dan error saat mengambil foto. Lihat keadaan cahaya sekitar dan perkirakan Shutter Speed berapa yang ideal untuk kondisi pencahayaan seperti itu. Jadi selain Shutter Speed, dirimu pun harus sensitif dengan kondisi cahaya di sekitar.
Selamat mencoba.


Aperture (F)

Aperture mengatur seberapa besar lubang di dalam lensa terbuka untuk membiarkan cahaya masuk.
Nilainya dinyatakan dalam angka f, seperti f/1.8, f/2.8, f/4, f/8, f/16.

Aperture besar (f kecil, seperti f/1.8):
Cahaya masuk lebih banyak → hasil lebih terang.
Depth of field (ruang tajam) sempit → latar belakang jadi buram (bokeh).
Ideal untuk foto portrait atau wedding.
Jadi kalau kamu pengen foto2 dengan bokeh, carilah lensa yang bisa mempunyai bukaan yang besar seperti 1.2 1.8 2.0 2.2 2.8 

Aperture kecil (f besar, seperti f/8 – f/16):
Cahaya masuk lebih sedikit → hasil lebih gelap.
Ruang tajam luas → seluruh pemandangan tampak fokus.
Ideal untuk foto landscape atau group photo atau foto tengah dalam wedding.


Seringlah lakukan trial dan error saat mengambil foto. Lihat keadaan cahaya sekitar dan perkirakan Aperture berapa yang ideal untuk kondisi pencahayaan seperti itu. Jadi selain mengenal Aperture, diri kita sendiri pun harus sensitif dengan kondisi dan hasil yang kamu inginkan.
Selamat mencoba.

Efek Artistik dari Pengaturan Eksposur
Overexposure (terlalu terang): detail di area terang hilang (highlight blown out).
Underexposure (terlalu gelap): detail di area bayangan hilang.
Exposure tepat (ini yang diperlukan untuk basic fotografi): 
semua area memiliki detail seimbang, bisa dicapai dengan kombinasi tiga variabel di atas.

No comments: