Saturday, December 28, 2019

FOTOGRAFI DAN HAK CIPTA

Baru-baru ini terjadi perdebatan tentang copyright di Samarinda. Sebuah institusi membuat banner dengan menggunakan foto yang diambil dari Google Padahal di Google tersebut ada link menuju pemilik foto asli tersebut yang sudah mengupload di Pinterest dan Instagram.

Pada saat pemilik foto meminta kembali hak ciptanya untuk dihargai malah Banyak yang komen, Iklaskan Mas! Coba kasih Watermark! Coba dipatenkan! 

Padahal jelas sekali di peraturan Instagram ataupun Pinterest, ketika seseorang mengupload di situs tersebut maka otomatis orang tersebut akan memiliki hak cipta akan foto tersebut dan tidak boleh digunakan oleh orang lain. 

Apalagi dicetak di medium lain dan didisplay di ruang publik tanpa Pemberitahuan kepada pemilik asli foto tersebut.

Oleh sebab itu sebaiknya fotografer mengetahui akan hal ini akan hak-haknya. Begitu juga para disainer sebaiknya tahu bahwa tidak bisa dengan santainya mengambil gambar tanpa mengetahui source asli dari gambar tersebut. 

Fotografer juga harus tahu bahwa saat mengupload foto di media sosial ada beberapa situs yang menjadikan foto kita jadi bebas dari copyright dan kita harus dan membaca syarat dan persetujuan sebelum mengupload di sosial media tersebut. 

Tuesday, December 24, 2019

DSLR atau Mirrorless untuk 2020 ?

Di tahun 2020 ini dilema untuk kamu adalah DSLR atau Mirrorless ?  Bukan lagi Nikon vs Canon ya kan? 

Gak usah bingung, saya bantu jelasin buat kamu apa bedanya DSLR dan mirrorless dan bagus yang untuk pemula itu apa saja

Pertama saya akan Jelaskan apa itu artinya DSLR. DSLR adalah digital single lens reflek nah di mana artinya gambar yang dihasilkan oleh DSLR adalah pantulan dari pada kaca kemudian menuju sensor. 


Kemudian mirrorless artinya kaca yang di dalam itu dihilangkan sehingga dia disebut mirrorless atau tanpa kaca.

Tanpa penggunaan kaca ini jadinya shutter speed bisa jadi lebih cepat dan body kamera bisa jadi lebih ramping dan ringan.

Nah sekarang tinggal pilihannya saja Lagi apa kamu mau menggunakan DSLR atau menggunakan mirrorless. Dengan menggunakan DSLR bakal terlihat lebih profesional sedangkan menggunakan mirrorless jadi lebih terilhat simpel. 

Untuk ukuran sensor mirrorless dan DSLR sebenarnya sama rata rata menggunakan apsc, namun ada juga yang sudah ber sensor full frame.

Untuk pemula saya sarankan untuk membeli apsc yang ringan-ringan saja untuk belajar. Belilah kamera low entry seperti Nikon D5300 Canon bisa dengan seri 1300D sedangkan kalau untuk mirrorless bisa dicoba untuk Fuji xa3 atau xa5 untuk Mirorrless Canon bisa mencoba di M10. 

Pada saat pemakaian bedanya DSLR dengan mirrorless untuk DSLR kita harus memotret melalui jendela bidik sedangkan mirrorless kita melihatnya melalui LCD di mana Hasil dari LCD itulah hasil dari tangkapan yang dihasilkan. Berbeda di DSLR kita harus setting dulu baru bisa kelihatan hasilnya. 

Di zaman teknologi yang sudah maju kalau benar-benar pemula sebaiknya memang menggunakan mirrorless sedangkan DSLR untuk yang lebih serius belajar fotografi dan rela menghabiskan waktu untuk trial dan error. 

Itu semua pilihan untuk anda sesuaikanlah dengan bujet dan teman-teman anda karena teman akan berpengaruh pada pilihan-pilihan lensa berikutnya.

Tapi kalau mau belajar pakai DSLR Belajarlah dengan yang sudah berpengalaman atau bisa juga cari jasa kursus fotografi di kota-kota anda.

Kalau di Samarinda boleh gabung #kelassore bersama Rizky yudhis. Di kelas sore akan diajarkan Bagaimana cara menggunakan DSLR dengan baik dan efisien dan diberi kesempatan untuk mentor seumur hidup melalui WhatsApp.

Saturday, September 21, 2019

FOTOGRAFI DAN LIGHTING PART PERTAMA

Keresahan saya akan pengkotak - kotakkan lighting.

Fotografi dan lighting adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Pada saat memotret menggunakan cahaya natural pun, lighting (pencahayaan) harus diperhatikan.

Namun lucunya pada saat ini, saat ngobrolin tentang lighting, pasti langsung berasosiasi dengan lampu flash dan lampu studio. Lebih parah lagi, bahkan lighting ada yang mempersempit hanya pada lampu studio saja. 

Pemikiran - pemikiran seperti ini sebenarnya yang membuat fotografi semakin menjadi rumit.

Padahal semua bertitik fokus pada satu hal, bagaimana seorang fotografer menggunakan cahaya untuk membuat sebuah foto.

LIGHTING ITU PENCAHAYAAN

Gak perlu dikotak - kotakin, karena sekarang lighting pun bergeser pada ranah selera. Namun ingat, setiap hal yang berkaitan dengan selera, harus dilandasi dengan tekhnis yang benar.

Saya adalah seorang yang kolot awalnya, pada saat saya membeli kamera, saya merasa cahaya natural adalah yang terbaik. Saya memotret menggunakan cahaya natural, Nikon D3100 dan Lensa Nikkor 50mm 1.8G andalan. Saya bangga dengan hasil saya, dikarenakan cukup dengan bukaan besar saya bisa menghandle situasi.

Namun pada suatu ketika, saya dihadapkan pada posisi hunting bareng di malam hari. Dengan cahaya yang sangat minim, dan saya tidak mampu berkutik. Menggunakan iso tinggi, foto saya tidak tajam dan penuh dengan noise. Ini adalah hal yang kurang saya suka, karena bakal susah saat ngedit.

Saya dipinjami flash speedlite saat itu. Dan apa yang terjadi? Saya sama sekali tidak bisa menggunakannya. Kenangan yang manis di 2015 itu. Saya tidak tau harus bagaimana, saya tembakkan ke arah wajah model, muka model langsung terlalu terang dan lepek. 

Saya ubah posisi saya ke portrait, tetap tidak enak. Sampai akhirnya saya lepas flash tersebut dan menyerah. Hari itu saya mengakui, menggunakan cahaya tambahan adalah hal yang cukup penting. Dan mereka yang mengajak saya sesi foto saat itu, sangat beruntung telah paham akan penggunaan flash speedlite tersebut. Tak seperti saya yang tak punya ilmunya sama sekali dan benar - benar bodoh.

Ini adalah hasil foto saya pada malam itu.

ISO 800 F5 1/50

Saya terpaksa menggunakan iso 800 dan speed yang rendah, inipun setelah berapa kali post processing baru bisa saya bikin agak terang. Setelah kejadian yang membuat saya down hampir sebulan ini, saya mencoba bangkit. Saya kumpulin duit buat beli flash.

Belilah saya YoungNou 460 mark II second, saya lupa beli punya siapa. YN460II ini saya pakai untuk berlatih memotret di malam hari. Saya pelajari apa itu bounching, manual, slave, diffusser. Cahaya tambahan ini ternyata cukup menolong saya untuk menghasilkan foto yang tajam pada saat cahaya kurang. Dan kalau ngejob cukup menjadi equipment yang sangat mendukung.

Saya juga pelajari bagaimana flash ini bisa digunakan di siang hari pada saat outdoor untuk menerangkan wajah model saat menginginkan hasil background yang agak gelap.Namun setelah beberapa kali saya lakukan, saya tidak mendapatkan dinamika cahaya pada wajah apabila saya menggunakan flash pada siang hari. Sebab itu saya kembali hanya menggunakan cahaya natural saat memotret di siang hari, terutama pada saat beauty portrait. Ini jatuhnya sudah kepada selera.

Banyak sekali fotografer yang suka main flash di siang hari dan itu sah2 saja, kalau memang itu selera mereka.

Itulah sebenarnya indahnya fotografi, saat tekhnis standar sudah benar seperti pencahayaan dan komposisi. Setelah itu baru kemudian selera yang berbicara. 

Gak ada yang salah ataupun benar dalam bagaimana seorang fotografer menggunakan cahaya. Yang salah hanya saat kamu OVER EKSPOSURE sampai detailmu hilang dan fotomu washout sampai gak enak diliat, atau UNDER EKSPOSURE sampai begitu gelapnya dan sudah gak tau itu foto apa? dan POI dari foto kehilangan pointnya.

Yawdah itu aja dulu, saya sendiri masih harus banyak belajar tentang pencahayaan ini. Terutama ARTIFICIAL LIGHTING atau cahaya tambahan, baik itu penggunaan flash, softbox, octabox, beauty disc, reflector dan lain - lain. Banyak sekali hal - hal disini yang harus saya pelajari. Semoga semua teman fotografer tetap semangat belajar ya. 

SALAM JEPRET,
- @ryudhis